Minggu, 12 Juni 2016

Jenis Gait Patologis

Pengamatan gait merupakan aspek penting dalam penegakan diagnosis pada kelainan muskuloskeletal dan juga kelainan saraf. Ada delapan gait patologis dasar yang dapat dikaitkan dengan kondisi neurologis: hemiplegia, diplegic spastik, neuropati, miopati, parkinsonian, choreiform, ataxic (serebelar) dan sensorik.

GAIT HEMIPLEGIA

Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena, lengan tertekuk, adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan fleksi. Ketika berjalan, pasien akan mengunci lengannya ke satu sisi dan menyeret kaki yang terkena dengan bentuk setengah lingkaran (circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan otot-otot distal (drop foot) dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah. Hal ini paling sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan yang tampak mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit circumduction.
Gambar.1 : Gait hemiplegia

GAIT DIPLEGIA

Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana kelenturan ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan basis langkah yang sempit, menyeret kedua kaki dan akan menggesek jari-jari kakinya saat melangkah. Gait ini terlihat pada lesi periventrikel bilateral, seperti yang terlihat pada cerebral palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot adduktor panggul yang dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati garis tengah yang sering disebut juga sebagai gait menggunting (scissors gait). Di negara-negara dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan cerebral palsy dapat menjalani operasi untuk merilis otot adduktor panggul sehingga meminimalkan efek menggunting.
Gambar.2 : Gait menggunting (scissors gait)

GAIT NEUROPATIK

Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan dorsofleksi kaki), penyebab gait ini adalah karena upaya untuk mengangkat kaki lebih tinggi selama berjalan sehingga kaki tidak menyeret di lantai. Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya termasuk kelumpuhan saraf peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara bilateral, penyebabnya termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit Charcot-Marie-Tooth dan neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak terkontrol.
Gambar.3 : Kaki Charcot-Marie-Tooth

GAIT MIOPATI (GAIT WADDLING)

Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat panggul saat berjalan. Jika pasien memiliki kelemahan pada satu sisi, hal ini akan menyebabkan penurunan panggul pada sisi kontralateral panggul saat berjalan (Trendelenburg sign). Dengan kelemahan bilateral, pasien akan mengalami panggul yang jatuh di kedua sisi selama berjalan. Gait ini terlihat pada pasien dengan miopati, seperti distrofi otot.
Gambar.4 : Trendelenburg sign

GAIT PARKINSONIAN

Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia akan membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi jari-jari biasanya dalam keadaaan ekstensi. Pasien berjalan agak lambat dengan langkah-langkah kecil dikenal dengan sebutan marche a petit pas (berjalan dengan langkah-langkah kecil). Pasien juga mungkin mengalami kesulitan untuk memulai langkah. Pasien menunjukkan kecenderungan tanpa sadar untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai festination. Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
Gambar.5 : Gait parkinsonian

GAIT CHOREIFORM

Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk Sydenham chorea, Penyakit Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis atau dystonia. Pasien akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua ekstremitas, tidak teratur dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan gangguan gerakan dasar itu.

GAIT ATAXIA (SEREBELAR)

Gait ini paling sering terlihat pada penyakit serebelar, gait ini digambarkan sebagai gait yang kikuk, gerakan tiba-tiba dengan basis langkah yang lebar. Saat berdiri diam, tubuh pasien akan mengayun bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal sebagai titubation. Pasien tidak akan dapat melangkah dari tumit sampai ujung kaki dalam garis lurus. Gait pada intoksikasi alkohol akut akan menyerupai gait penyakit cerebellar.
Gambar.6 : Gait ataxia mirip dengan intoksikasi alkohol

GAIT SENSORIK

Ketika kaki menyentuh tanah, tubuh akan menerima informasi propioreseptif untuk memberitahu lokasi pijakan. Gait sensorik terjadi ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam upaya untuk mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien akan membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini akan mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka (misalnya dalam keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang disebut sebagai gaya berjalan menghentak karena pasien dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk menghentak tanah dengan keras. Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau tabes dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat menyebabkan ataksia yang menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.

REFERENSI

  1. Boudarham J, Roche N, Pradon D, et al. Variations in Kinematics during Clinical Gait Analysis in Stroke Patients. PLoS One. 2013; 8(6): e66421.
  2. Mahlknecht P, Kiechl S, Bloem BR, et al. Prevalence and Burden of Gait Disorders in Elderly Men and Women Aged 60–97 Years: A Population-Based Study. PLoS One. 2013; 8(7): e69627.
  3. Fu C, Suzuki Y, Kiyono K, et al. An intermittent control model of flexible human gait using a stable manifold of saddle-type unstable limit cycle dynamics. J R Soc Interface. 2014; 11(101): 20140958.
  4. Jacobs BY, Kloefkorn HE, Allen KD. Gait Analysis Methods for Rodent Models of Osteoarthritis. Curr Pain Headache Rep. 2014; 18(10): 456.
  5. Merello M, Ballesteros D, Rossi M, et al. Lack of maintenance of gait pattern as measured by instrumental methods suggests psychogenic gait. Funct Neurol. 2012; 27(4): 217–24.

Sabtu, 11 Juni 2016

Hemiplegic Gait

HEMIPLEGIC GAIT
Ø  Hemiplegic gait merupakan kelumpuhan pada salah satu sisi dari bagian tubuh termasuk wajah, lengan dan kaki
Etiologi hemiplegic gait
Hemiplegic Gait dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
  1. Pada Bayi
ü  Proses Kehamilan
ü  Pengaruh forceps atau trauma saat kelahiran yang dapat menyebabkan cidera pada otak sehingga menyebabkan kelainan.
  1. Pada Orang Dewasa
ü  Trauma
ü  Pendarahan
ü  Infeksi otak
ü  Kanker
3.    Karena adanya penyakit
ü  Vascular: pendarahan otak , stroke
ü  Infektif: ensefalitis , meningitis , abses otak
ü  Neoplastik: glioma – meningioma
ü  Trauma: laserasi otak, hematoma subdural jarang menyebabkan hemiplegia adalah karena suntikan bius lokal diberikan intra-arterially cepat, bukan diberikan dalam cabang saraf.
ü  Bawaan: cerebral palsy
ü  Disebarluaskan: multiple sclerosis
ü  Psikologis: Parasomnia
TANDA DAN GEJALA HEMIPLEGIC GAIT
ü  Mati rasa
ü  Perasaan kesemutan
ü  Nyeri
ü  Perubahan penglihatan
ü  Kesulitan berbicara (afasia)
ü  Masalah keseimbangan
ü  Gangguan metabolisme
PATOFISIOLOGI
ü  Etiologi
ü  Kekurangan suplai oksigen pada otak
ü  Kematian neuron
ü  Saluran kortikospinal rusak
ü  Cidera dimenifestikan pada sisi berlawanan tubuh
ü  Hemiplegic dextra/ hemiplegic sinistra
STADIUM PADA HEMIPLEGIC GAIT
1.    Stadium akut
Gejala ditandai dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba atau apoflasic yang diawali dengan sakit kepala, pusing tapi kadang-kadang tidak disertai kelelahan, nafas bersuara berat karena saluran nafas terhalang oleh lidah yang paralysis. Semua refleks hilang dan bola mata berputar ke arah sisi yang rusak. Wkatunya 2-3 minggu (lumpuh total).
2.    Stadium recovery/flaccid
Gejalanya nadi cepat, penderita sadar, tidak dapat tidur, suhu tubuh naik, mudah terkejut, sistem reflex mulai ada sedikit, otot yang terkena flaccid dalam waktu 2-3 minggu akan kembali utamanya pada lengan dan jari-jari. Di dalam tubuh ada 2 otot yang paling berfungsi pada penderita hemiplegi yaitu M.latissimus dorsi dan M.gluteus maximus
3.    Stadium residual spastik
Otot dan refleks pada stadium residual spastik mulai kembali. Refleks kembali akan tetapi hyperrefleks, kemudian akan timbul ankle clonus dan babinsky’s sign. Perasaan penderita tidak stabil, selalu khawatir akan jatuh, pada saat berjalan tubuh yang sehat akan menyangga berat badan sehingga akan terjadi imbalance muscles. Cara berjalannya condong ke arah sisi yang sehat dan pada saat berjalan tungkainya membentuk pola setengah lingkaran karena bantuan dari M.latissimus dorsi dan M. gluteus maximus yang berfungsi mengangkat pelvic dan mengekstensikan hip joint.
POSISI UMUM PENDERITA HEMIPLEGIC GAIT
  1. Kepala penderita fleksi dan rotasi ke arah yg sakit. dan wajah miring ke sisi yang sakit.
  2.  Lengan: scapula retraksi dan shoulder girdle depresi, shoulder tertarik ke arah belakang dan bawah, elbow fleksi serta pronasi dari lengan bawah, wrist joint fleksi serta ulnar deviasi, jari-jari fleksi dan adduksi, thumb fleksi dan adduksi.
  3. Vertebra : trunk berotasi ke belakang le sisi yang sakit disertai dengan side fleksi ke arah yg sakit.
  4. Pelvic rotasi ke arah belakang ke sisi hemiplegi, jika terjadi kompressi saat berjalan yang mengganggu tubuh yang sehat  dapat menimbulkan skoliosis.
  5.  Tungkai: hip adduksi dan internal rotasi, knee ekstensi, kaki plantar dan inversi, jari-jari kaki fleksi dan adduksi (kadang-kadang ekstensi)

https://youtu.be/y160w4sAQNw

CTS

DEFINISI CTS

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh penekanan nervus medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar atau paraestesia yang menggelitik  di jari-jari  dan tangan, terkadang meluas ke siku (dorland, 2002).
              https://youtu.be/z-SeJh5-nOo
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kondisi yang memengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi rasa kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Gejala yang muncul ini biasanya berkembang secara perlahan-lahan dan pada malam hari akan bertambah parah. Bagian yang paling sering terpengaruh adalah jempol, jari tengah, dan telunjuk.
Carpal tunnel atau lorong karpal adalah jalur pada pergelangan tangan dimana terdapat saraf median dan sembilan tendon yang berguna dalam pergerakan jari-jari tangan.
                Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat penekanan pada nervus medianus ketika melalui terowongan carpal (Carpal Tunnel) di pergelangan tangan. Manifestasi dari sindroma ini adalah rasa nyeri dan kesemutan (paraesthesia) (Sidharta, 1996). CTS merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya Nervus Medianus di dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, di bawah fleksor retinakulum (DeJong, 1992). American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS sebagai kompresi neuropati dari Nervus Medianus di pergelangan tangan dimana saraf melewati bawah ligamentum karpal transversus (Burton, 1983).
ETIOLOGI

                Etiologi CTS dapat terjadi pada keadaan yang menyebabkan penyempitan terowongan karpal misalnya trauma pada tangan bisa karena fraktur riwayat immobilisasi lama akibat operasi ataupun karena over use yang bersifat kronik pd pergelangan tangan, kelainan anatomis bawaan (herediter), gangguan pada otot dan tulang seperti akromegali osteofit yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Etiologi yang paling sering terjadi yaitu penebalan fleksor retinaculum karena proses radang. Namun secara sekunder CTS dapat timbul juga pada penderita dengan Osteoarthritis, Diabetes Melitus, Miksedema, Amiloidosis atau wanita yang hamil (Sidharta,1984).
Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan dan menopause karena gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang menimbulkan penyempitan dalam terowongan karpal (Katz, 2002).
CTS merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya Nervus Medianus di dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, di bawah fleksor retinakulum (DeJong, 1992). American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS sebagai kompresi neuropati dari Nervus Medianus di pergelangan tangan dimana saraf melewati bawah ligamentum karpal transversus (Burton, 1983).
PATOLOGI

                CTS terjadi pada dua fase yakni fase akut dan kronik. Pada CTS yang akut, biasanya terjadi kompresi yang melebihi tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi iskemik, terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik ini (Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004).
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan merusak saraf tersebut. Pengaruh mekanik atau tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu (Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004). Hal inilah yang menyebabkan nyeri dan kesemutan di pergelangan tangan pasien.
Pada CTS yang kronik, terjadi penebalan fleksor retinaculum yang menyebabkan tekanan terhadap Nervus Medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Kemudian saraf dan otot menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi Nervus Medianus terganggu secara menyeluruh (Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004).
GAMBARAN KLINIS CTS

            Gejala awal, pasien sering terbangun di malam hari mengeluhkan tebal, nyeri dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis kecuali jari kelingking (Richard, 1983 dikutip oleh Bahrudin, 2005).
Gejala lainnya adalah pergelangan tangan serasa diikat ketat (tightness) dan kaku gerak (Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004).
            Pada tahap yang lebih lanjut kekuatan tangan menurun. Selain itu, seringkali penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil terutama fungsi menggenggam serta dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang dipersarafi oleh Nervus Medianus (Sidharta, 1984).
Tanda dan gejala
a.  Gangguan sensorik
Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004). Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.
b. Gangguan motoris
Pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan pada nerves medianus yang menimbulkan kelemahan otot tenar sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya menjahit, menulis, mengancingkan baju, mengendarai motor.

Berbagai Jenis Terapi

Terapi fisik yang tepat dapat meminimalkan efek samping penggunaan obat telan. Pasien bisa mendapatkannya di rumah sakit yang memiliki klinik fisioterapi, tentu dengan rujukan dokter yang mengetahui kondisi kesehatan pasien.

fisioterapi
Ada begitu banyak bentuk pengobatan yang  bisa diberikan pada pasien, termasuk anak. Salah satunya terapi fisik yang disebut fisioterapi. Perannya adalah memperbaiki fungsi gerak motorik akibat adanya gangguan pada otot dan rangka tubuh setelah patah tulang, atau pascaoperasi tulang.
Fisioterapi juga diberikan kepada penderita penyakit yang berhubungan dengan saraf, misalnya penyakit yang menyebabkan pola jalan salah dan otot lemah, penderita yang mengalami gangguan pada saraf tepi, radang selaput otak, sumbatan saluran di otak, dan lainnya. Menurut dr. Peni Kusumastuti, Sp.RM ., dari RS Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, “Semua penyakit itu akan mengganggu pergerakan motorik anak.”
Di klinik fisioterapi, terapis akan mengajarkan pasien bagaimana melakukan gerakan tubuh yang benar. Nah, gerakan-gerakan itulah yang nantinya harus diaplikasikan sendiri oleh pasien, seperti duduk, berdiri, jalan, lari, dan sebagainya.
“Fisioterapi merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien guna mengembangkan, memelihara, dan mengembalikan kemampuan dan fungsi gerak secara maksimal sepanjang kehidupannya,” simpul Peni.
Mengenai frekuensi, tak ada patokan berapa kali seorang anak harus menjalani fisioterapi. “Tergantung kondisinya. Bila datang dalam kondisi parah atau kronis, tentu membutuhkan terapi lebih lama. Lain hal kalau orang tua sudah mengantisipasinya sejak dini.”
Yang tak kalah penting, sebelum menganjurkan fisioterapi, dokter atau terapis harus mengetahui dulu riwayat kelahiran dan catatan klinisnya. Terapis sebaiknya bekerja sama dengan dokter yang terkait. Bila sudah diketahui latar belakang penyakitnya, barulah dipilihkan fisioterapi yang tepat.

MACAM-MACAM FISIOTERAPI
  1. Exercise Therapy atau Terapi LatihanTerapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya. Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa menapak penuh. Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
  2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan, Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave diathermy atau diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil diagnosis. Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.
  3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik, Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot. Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf. Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
  4. Cold Therapy atau Terapi Dingin, Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi terapi, justru dapat merusak jaringan.
  5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada, Anak dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer , clapping , vibrasi dan postural drainage. Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat. Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi anak (postural drainage) , semisal anak ditengkurapkan dengan posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan. Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
  6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy, Terapi  dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy) . Sedangkan pada anak yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum  diterapi mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan. Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
  7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis, Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada anak. Pada bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu. Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy . Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5 tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya.

Tennis Elbow

Fisioterapi - Tennis Elbow

Tennis Elbow ( Lateral Epikondilitis )
Nyeri siku bagian luar, mungkin Anda terkena Tennis elbow atau lateral epikondilitis.
Namanya Tennis Elbow, tapi kebanyakan penderita tenis elbow bukanlah pemain tennis, bahkan kurang dari 5% dari semua kasus tennis elbow terjadi pada orang yang bermain tennis. Tennis Elbow bisa terjadi pada semua orang, terutama mereka yang banyak menggunakan (gerakan berulang) siku, pergelangan tangan dan tangan mereka dalam bekerja, atau menjalankan hobi atau olahraga.

APA ITU TENNIS ELBOW (LATERAL EPIKONDILITIS) ?
Tennis elbow adalah nyeri dan peradangan di daearah perlekatan otot pada tulang sisi luar siku (epicondyles) yang disebabkan oleh terlalu seringnya menggunakan otot-otot "ekstensor" di lengan. Otot-otot yang Anda gunakan untuk menggenggam, memutar tangan, dan membawa benda-benda dengan tangan Anda semua melekat pada "epikondilus lateral" di siku. Oleh karena itu gerakan dari pergelangan tangan atau lengan dapat menyebabkan nyeri pada epikondilus lateralis.


Penggunaan jangka panjang dari pergelangan tangan dan lengan bawah, seperti ketika mengetik pada keyboard komputer atau mengoperasikan mesin pemotong rumput, bermain tenis dengan pegangan atau teknik yang tidak tepat dapat menyebabkan tennis elbow. Hal ini dapat terjadi pada atlet, non-atlet, anak-anak, dan orang dewasa. Tenis elbow lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Tennis elbow sering dialami oleh orang-orang antara usia 30-50 tahun.

TANDA DAN GEJALA
Tennis Elbow dapat terjadi secara tiba- tiba akibat penggunaan berlebihan dari pergelangan tangan dan lengan bawah untuk aktifitas yang membutuhkan kekuatan, seperti mengangkat, memutar, atau menarik benda tertentu. Aktivitas tersebut dapat mencederai serat otot ekstensor dan menyebabkan tennis elbow.
Tapi pada umumnya gejala tennis elbow berkembang secara bertahap selama beberapa minggu atau bulan akibat dari gerakan berulang dari pergelangan tangan, tangan, dan siku dalam jangka panjang. Jika Anda bekerja sebagai kasir minimarket, Anda mungkin mengalami gejala tennis elbow akibat sering mengetik dan sering mengangkat keranjang belanja. Gejala tennis elbow juga biasa ditemui pada orang yang pekerjaannya sering menulis. Orang yang sering mengendarai sepeda motor biasanya mengalami tennis elbow kanan karena selain untuk mengontrol kendali tangan kanan juga digunakan untuk menarik gas.
Berikut ini beberapa tanda dan gejala tennis elbow :
Nyeri pada sisi luar siku, bisa menjalar ke lengan bawah dan pergelangan tangan.
Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti memutar handle pintu atau mngangkat secangkir kopi.
Nyeri saat menggunakan pergelangan tangan atau lengan bawah untuk mengangkat benda, membuka botol, atau mencengkeram erat sesuatu, seperti pisau dan garpu, mengetik dsb...
Kekakuan pada siku.
Kelemahan otot-otot lengan.

BAGAIMANA MENDIAGNOSA TENNIS ELBOW?
Fisioterapis akan melakukan pemeriksaan-tidak hanya pada siku Anda, tetapi juga bagian tubuh lain yang mungkin terpengaruh atau berkontribusi menyebabkan tennis elbow.
Fisioterapis akan melakukan tes manual khusus yang membantu mendiagnosa masalah dan membantu mendeteksi kondisi seperti kelemahan otot yang bisa menyebabkan masalah di epokondilus lateralis.
Fisioterapis mungkin meminta Anda untuk menegangkan atau meregangkan otot-otot yang nyeri untuk mengidentifikasi lokasi yang tepat. X-ray jarang dibutuhkan untuk mendiagnosa kondisi ini.

BAGAIMANA FISIOTERAPI MEMBANTU ANDA?
48Jam pertama
24 sampai 48 jam setelah Anda merasakan nyeri, fisioterapi meliputi:
Mengistirahatkan lengan dengan menghindari aktifitas tertentu dan mengubah cara Anda melakukan aktifitas.
Menggunakan kinesiotaping, elastic bandage atau dekker.
Tergantung pada tingkat keparahan, fisioterapis mungkin menyarankan Anda berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut atau pertimbangan untuk mendapatkan perawatan seperti obat-obatan.
Dalam beberapa kasus-namun jarang, pengobatan seperti suntikan kortison atau operasi mungkin diperlukan untuk kondisi tennis elbow. Fisioterapis dapat membantu Anda menentukan apakah Anda memerlukan rujukan ke profesi kesehatan lain.
Fisioterapis bisa merancang program fisioterapi untuk mempercepat pemulihan tennis elbow yang Anda derita. Biasanya fisioterapis akan memberikan serangkaian latihan dan perawatan lain di klinik, Anda juga akan dianjurkan untuk melakukan latihan sederhana seperti stretcing atau strengahtening otot lengan dan tangan di rumah. Fisioterapis membantu menghilangkan nyeri dengan latihan otot-otot lengan dan tangan, terapi es atau peamanasan atau keduanya, dan stimulasi listrik.
Tennis elbow "akut" (terjadi dalam beberapa minggu terakhir) harus segera diobati sedini mungkin. Jika tidak segera diobati, tennis elbow dapat menjadi kronis dan bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Tennis elbow juga bisa berkembang menjadi kronis jika pengobatan hanya difokuskan pada mengurangi nyeri tanpa. memperbaiki kelemahan otot dan kebiasaan buruk yang mungkin telah menyebabkan tennis elbow.

Meningkatkan Kemampuan Gerak Anda
Fisioterapis dapat menggunakan terapi manual, myofascial reease, stretching untuk memungkinkan sendi dan otot untuk bergerak lebih bebas dengan lebih sedikit rasa sakit. Fisioterapis juga akan mengajarkan bentuk-bentuk latihan untuk meminimalisir rasa nyeri saat bergerak.
Download Leaflet Latihan untuk tennis elbow, konsultasikan dengan fisioterapis Anda.
Meningkatkan Kekuatan Otot Anda
Kelemahan otot dapat menyebabkan tennis elbow. Biasanya kelemahan otot-otot pergelangan tangan dan lengan bawah. Dalam banyak kasus, masalah berasal dari kelemahan otot postur - "core muscle". Mungkin Anda juga perlu untuk meningkatkan kebugaran secara keseluruhan untuk membantu memperbaiki kondisi siku Anda. Berdasarkan evaluasi dan pemeriksaan, fisioterapis dapat menentukan dosis, jenis dan jumlah latihan yang tepat untuk Anda.
Fisioterapis akan meresepkan beberapa jenis latihan untuk pemulihan dari tennis elbow:
Pada awal pengobatan, ketika nyeri masih sangat intens, fisioterapis akan merekomendasikan latihan pasif di mana pergelangan tangan dan siku digerakkan tanpa menggunakan otot-otot Anda.Setelah gejala membaik-nyeri mulai berkurang, Anda dapat menggerakkan pergelangan tangan dan siku secara aktif - tanpa bantuan.Bila otot-otot sudah lebih kuat dan gejala telah berkurang, Anda dapat mulai menggunakan beban atau resisted band untuk meningkatkan kekuatan Anda. Jumlah beban perlu dipantau secara seksama untuk memastikan peningkatan kekuatan otot Anda dan menghindari cedera akibat overtraining.Menggunakan otot Anda dengan cara yang benar
Fisioterapis dapat membantu Anda melatih menggunakan otot Anda dengan benar. Misalnya, ketika Anda mengangkat tas belanjaan yang berat,Anda harus menegangkan otot-otot sekitar tulang belikat dan punggung Anda untuk memberikan dukungan pada otot lengan Anda.
Gerakan sederhana yang diajarkan fisioterapis kepada Anda ini bisa mengurangi 'stres' pada otot yang mengalami cedera dan membantu Anda kembali ke aktivitas normal.
Kembali ke Kegiatan Anda
Fisioterapis akan membantu Anda tetap aktif dengan mengajarkan bagaimana memodifikasi kegiatan sehari-hari Anda untuk menghindari rasa sakit dan cedera lebih lanjut. Kadang-kadang perlu membuat perubahan atau modifikasi tempat kerja atau rumah Anda. Fisioterapis dapat membantu Anda membuat modifikasi sederhana untuk tempat kerja Anda, set-up komputer Anda, perangkat Anda di dapur, peralatan olahraga Anda untuk mengurangi ketegangan di tangan , pergelangan tangan, dan lengan bawah Anda. Fisioterapis menekankan pentingnya 'break and stretch' (istirahat dan peregangan) saat. Anda menjalani aktifitas pekerjaan Anda, sehingga otot Anda mendapat kesempatan untuk beristirahat agak sering dari melakukan aktifitas gerakan berulang.
Tenis ,badminton atau tenis meja mungkin menjadi faktor penyebab tennis elbow karena beberapa alasan. Kadang-kadang karena over training-terlalu sering berlatih. Mungkin juga karena berat raket atau cengkeramannya perlu disesuaikan. Masalah lain, mungkin berasal dari postur yang tidak benar, kebugaran tubuh yang buruk, atau kurangnya kekuatan dari otot 'core', otot-otot punggung dan tulang belikat. Fisioterapis bisa membantu menganalisa sumber masalah dan membantu menemukan solusi.

DAPATKAH TENNIS ELBOW DICEGAH?
Ya! Anda dapat membantu mencegah tennis elbow dengan menjaga tubuh agar tetap fit, menggunakan teknik yang tepat dalam olahraga atau pekerjaan Anda, dan menggunakan peralatan yang dirancang dengan baik dan tepat untuk tipe tubuh dan tingkat aktivitas Anda. Fisioterapis dapat menunjukkan kepada Anda bagaimana. Jika Anda pernah mengalami tennis elbow Anda mungkin berberesiko risiko mengalami cedera ulang (kambuh) jika tendon tidak benar-benar disembuhkan dengan tuntas atau jika kekuatan otot dan mobilitas sendi tidak sepenuhnya pulih.
Copyright (c) 2013 KLINIK FISIOTERAPI TRENGGALEK.