Pengamatan gait merupakan aspek penting dalam penegakan diagnosis pada
kelainan muskuloskeletal dan juga kelainan saraf. Ada delapan gait
patologis dasar yang dapat dikaitkan dengan kondisi neurologis:
hemiplegia, diplegic spastik, neuropati, miopati, parkinsonian,
choreiform, ataxic (serebelar) dan sensorik.
GAIT HEMIPLEGIA
Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena,
lengan tertekuk, adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi
yang sama dalam ekstensi dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan
fleksi. Ketika berjalan, pasien akan mengunci lengannya ke satu sisi
dan menyeret kaki yang terkena dengan bentuk setengah lingkaran (
circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan otot-otot distal (
drop foot)
dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah. Hal ini paling
sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan
yang tampak mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit
circumduction.
Gambar.1 : Gait hemiplegia
GAIT DIPLEGIA
Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana
kelenturan ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas.
Pasien berjalan dengan basis langkah yang sempit, menyeret kedua kaki
dan akan menggesek jari-jari kakinya saat melangkah. Gait ini terlihat
pada lesi periventrikel bilateral, seperti yang terlihat pada cerebral
palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot adduktor panggul
yang dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati garis tengah
yang sering disebut juga sebagai gait menggunting (
scissors gait).
Di negara-negara dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan
cerebral palsy dapat menjalani operasi untuk merilis otot adduktor
panggul sehingga meminimalkan efek menggunting.
Gambar.2 : Gait menggunting (scissors gait)
GAIT NEUROPATIK
Terlihat pada pasien dengan
drop foot (kelemahan dorsofleksi
kaki), penyebab gait ini adalah karena upaya untuk mengangkat kaki
lebih tinggi selama berjalan sehingga kaki tidak menyeret di lantai.
Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya termasuk kelumpuhan saraf
peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara bilateral, penyebabnya
termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit
Charcot-Marie-Tooth dan neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak terkontrol.
Gambar.3 : Kaki Charcot-Marie-Tooth
GAIT MIOPATI (GAIT WADDLING)
Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat panggul saat
berjalan. Jika pasien memiliki kelemahan pada satu sisi, hal ini akan
menyebabkan penurunan panggul pada sisi kontralateral panggul saat
berjalan (
Trendelenburg sign). Dengan kelemahan bilateral,
pasien akan mengalami panggul yang jatuh di kedua sisi selama berjalan.
Gait ini terlihat pada pasien dengan miopati, seperti distrofi otot.
Gambar.4 : Trendelenburg sign
GAIT PARKINSONIAN
Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia
akan membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada
lutut. Seluruh ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi
jari-jari biasanya dalam keadaaan ekstensi. Pasien berjalan agak lambat
dengan langkah-langkah kecil dikenal dengan sebutan
marche a petit pas (berjalan
dengan langkah-langkah kecil). Pasien juga mungkin mengalami kesulitan
untuk memulai langkah. Pasien menunjukkan kecenderungan tanpa sadar
untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai
festination.
Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang
menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
Gambar.5 : Gait parkinsonian
GAIT CHOREIFORM
Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk
Sydenham chorea, Penyakit
Huntington dan bentuk lain dari
chorea,
athetosis atau
dystonia.
Pasien akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua
ekstremitas, tidak teratur dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan
gangguan gerakan dasar itu.
GAIT ATAXIA (SEREBELAR)
Gait ini paling sering terlihat pada penyakit serebelar, gait ini
digambarkan sebagai gait yang kikuk, gerakan tiba-tiba dengan basis
langkah yang lebar. Saat berdiri diam, tubuh pasien akan mengayun
bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal sebagai
titubation.
Pasien tidak akan dapat melangkah dari tumit sampai ujung kaki dalam
garis lurus. Gait pada intoksikasi alkohol akut akan menyerupai gait
penyakit cerebellar.
Gambar.6 : Gait ataxia mirip dengan intoksikasi alkohol
GAIT SENSORIK
Ketika kaki menyentuh tanah, tubuh akan menerima informasi
propioreseptif untuk memberitahu lokasi pijakan. Gait sensorik terjadi
ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam upaya untuk
mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien akan
membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini
akan mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki
mereka (misalnya dalam keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang
disebut sebagai gaya berjalan menghentak karena pasien dapat mengangkat
kaki mereka sangat tinggi untuk menghentak tanah dengan keras. Gait ini
dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau
tabes dorsalis)
atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak
terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat menyebabkan ataksia
yang menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.
REFERENSI
- Boudarham J, Roche N, Pradon D, et al. Variations in Kinematics
during Clinical Gait Analysis in Stroke Patients. PLoS One. 2013; 8(6):
e66421.
- Mahlknecht P, Kiechl S, Bloem BR, et al. Prevalence and Burden of
Gait Disorders in Elderly Men and Women Aged 60–97 Years: A
Population-Based Study. PLoS One. 2013; 8(7): e69627.
- Fu C, Suzuki Y, Kiyono K, et al. An intermittent control model of
flexible human gait using a stable manifold of saddle-type unstable
limit cycle dynamics. J R Soc Interface. 2014; 11(101): 20140958.
- Jacobs BY, Kloefkorn HE, Allen KD. Gait Analysis Methods for Rodent
Models of Osteoarthritis. Curr Pain Headache Rep. 2014; 18(10): 456.
- Merello M, Ballesteros D, Rossi M, et al. Lack of maintenance of
gait pattern as measured by instrumental methods suggests psychogenic
gait. Funct Neurol. 2012; 27(4): 217–24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar